Menyikapi Perbedaan

Rp 38.000

Seringkali kita mendapati satu ungkapan yang dikatakan hadits padahal bukan hadits.
Ikhtilaafu ummatii rahmah (perselisihan ummatku adalah rahmat) yang dianggap sebagai sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dimana tidak ada satupun karya tulis hadits yang memuat ungkapan seperti ini.
Seandainya pun ada, derajatnya dha’if (lemah).

Ironisnya, ungkapan tersebut kerap digunakan sebagai ‘dasar’ untuk membenarkan berbagai perbedaan alias perselisihan yang terjadi ditengah ummat ini.
Sungguh mengherankan anggapan sebagian kalangan bahwa perselisihan adalah rahmat.
Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman: “Tetapi mereka senantiasa berselisih, kecuali orang-orang yang senantiasa dirahmati oleh Rabb-mu,”(QS.Huud : 118-119).
Sangat jelas ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengecualikan orang-orang yang dirahmati-Nya dari perselisihan.

Lantas, bagaimana sikap kita terhadap perselisihan yang terjadi?
Apakah para shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah berbeda pendapat?
Apakah maksud dari kaidah yang dibahas dalam buku ini.

Temukan jawabannya dalam buku ini..

Hubungi Kami
ingin berkomunikasi dengan kami?
Assalamualaikum Wr Wb,
ada yang bisa kami bantu?